Katarak Di Usia Produktif

Katarak Di Usia Produktif  - Penderita Mata Katarak Di Usia Produktif,- Artikel ini memberikan informasi dasar tentang topik kesehatan. Informasi dalam artikel ini boleh digunakan hanya untuk penjelasan ilmiah, bukan untuk diagnosis diri dan tidak dapat menggantikan diagnosis medis.

Katarak Di Usia Produktif
Penyakit Katarak

Katarak

Gangguan penglihatan yang disebabkan oleh katarak umumnya berkaitan dengan proses degeneratif atau penuaan. Namun, berbeda dengan negara maju yang umumnya dialami usia lanjut, di Indonesia usia penderita katarak jauh lebih muda.

Katarak Dokter Spesialis Mata Indonesia (SPBK-Perdami)

Ketua Seksi Penanggulangan Buta Katarak Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (SPBK-Perdami), Yeni Dwi Lestari, mengatakan di negara maju penderita katarak berusia 50-60 tahun ke atas, sedangkan di negara berkembang, termasuk Indonesia sudah dimulai dari usia 40 tahun.

Hal ini, kata dia, dipicu oleh semakin tingginya penderita Diabetes Melitus (DM) atau kencing manis. Penderita kencing manis lebih berisiko tinggi dibanding orang normal.

“Artinya, semakin tinggi penderita kencing manis, semakin tinggi pula kasus katarak,” kata Yeni seusai acara penyerahan donasi oleh Presiden Direktur Bank Central Asia Tbk (BCA), Jahja Setiaadmadja, berupa dana sebesar Rp385 juta untuk pembelian alat operasi katarak kepada SPBK-Perdami, di Jakarta, Selasa (25/2).

Yeni mengatakan, katarak merupakan kekeruhan lensa mata yang menyebabkan gangguan penglihatan. Jika sudah parah, selaput katarak dapat menghalangi masuk cahaya secara total, sehingga mengakibatkan kebutaan.

Katarak, Berdasakan Riset Pertahunnya

Di Indonesia, katarak merupakan sumber kebutaan yang paling umum. Setiap tahunnya terdapat 210.000 penderita katarak baru yang muncul.

Indonesia merupakan negara dengan jumlah penderita katarak tertinggi di ASEAN, 1,5% dari seluruh penderita katarak di dunia. Angka kebutaan di Indonesia pun diperkirakan 1,5% dari seluruh penduduk, dimana sebagian besar atau 50% di antaranya disebabkan oleh katarak.

“Ini berkaitan dengan proses penuan, karena di Indonesia usia harapan hidup semakin tinggi,” katanya.
Para penderita katarak kebanyakan menyebar di daerah pesisir karena terpapar sinar matahari berlebihan, dan daerah terpencil karena akses terhadap layanan kesehatan kurang. 

Terutama di wilayah timur Indonesia yang kondisi fasilitas kesehatan kurang memadai. Kondisi ini menyebabkan kesadaran dan kemampuan untuk mencegah maupun mengobati katarak masih terbatas. Ketika sudah mengalami kebutaan baru masyarakat mencari pengobatan.

Kasusnya pun cenderung meningkat. Penelitian yang dilakukan Perdami menunjukkan beberapa daerah di Sulawesi dan Jawa Barat mengalami kenaikan. Karenanya, ia menganjurkan masyarakat untuk mencegah risiko terkena katarak di usia lebih awal, yaitu dengan kurangi terpapar sinar matahari dan perbaiki gaya hidup untuk mengindari kencing manis. Kalaupun sudah parah segera lakukan operasi.

Menurutnya, penanganan kebutaan di Indonesia belum jadi program prioritas Kementerian Kesehatan. Sampai sekarang belum ada subdit atau unit khusus mengatasi penyakit mata ini. Padahal setiap orang tua berisiko katarak. Namun yang perlu dicegah adalah kebutaan akibat katarak, yaitu dengan cara operasi. Untuk mengobati kebutaan, penderita harus melakukan pembedahan untuk mengeluarkan lensa yang keruh tersebut, dan kemudian menggantinya dengan lensa tanam buatan.

“Operasi katarak dapat dilakukan dengan mikroskop dan mesin fako-emulsifikasi, yang memanfaatkan getaran ultrasonik untuk menghancurkan selaput katarak,” ungkapnya Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaadmadja, mengatakan, kebutuhan akan peralatan operasi katarak dengan harga terjangkau sangat diperlukan.

Banyaknya kebutuhan ini mendorong BCA untuk memberikan donasi, berupa dana tunai guna membeli peralatan operasi, yaitu mikroskop dan mesin fako-emulsifikasi. Donasi ini merupakan bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan sekaligus dalam rangkaian kegiatan HUT ke-57 BCA tahun ini.

“Teknologi canggih ini diharapkan dapat memudahkan tenaga medis dan relawan untuk melakukan operasi katarak,” Jahja.

Pasalnya, kata dia, minimnya peralatan operasi selama ini menjadi kesulitan organisasi profesi memberikan layanan operasi gratis kepada masyarakat. Alat ini sangat membantu Perdami memberikan layanan lebih luas ke semua daerah.

Untuk itu kami sarankan Anda untuk melakukan pengobatan alternatif mata katarak tanpa operasi yang aman dan tanpa efek samping. Kita tahu biaya operasi itu tidak murah dan solusi terbaik selain operasi adalah melakukan pengobatan alternatif, maka dari itu kami sarankan Anda untuk beralih ke pengobatan mata katarak tanpa operasi.

Previous
Next Post »
Thanks for your comment